Barangkali hampir semua orang akan sepakat jika ditanya siapakah Jendral
Jerman paling terkenal selama Perang Dunia Ke 2, maka jawabannya adalah
Erwin Rommel. Ia merupakan seorang tentara yang berprestasi semenjak
Perang Dunia Ke 1 dan pernah mendapatkan penghargaan Pour le Merite atas
jasanya. Ia mendapatkan julukan sebagai rubah gurun 'The Dessert Fox'
karena efektivitas dan kemampuannya memimpin pasukan selama operasi
militer di Afrika Utara melawan pasukan sekutu. Rommel tidak hanya
dihormati oleh pasukannya sendiri namun juga oleh pasukan lawan. Di
bawah kepemimpinannya, pasukannya tidak pernah melakukan kejahatan
perang. Perintah untuk melakukan eksekusi terhadap pasukan komando dan
yahudi tidak pernah dilaksanakan.
Jendral Edwin Rommel
Rommel lahir di Wuttembur pada 18 November 1891. Ayahnya merupakan
seorang kepala sekolah di sekolah lanjutan di wilayah Aalen. Semasa
kecil, Rommel menunjukan bakat luar biasa sebagai seorang insinyur. Ia
bersama seorang temannya pernah membuat pesawat glider (pesawat tenpa
mesin) dan berhasil menerbangkannya sejauh beberapa meter. Namun karena
keinginan keluarga, Rommel akhirnya masuk ke militer sebagai seorang
kadet.
Perjalanan Rommel sebagai seorang militer tidaklah berjalan mulus. Ia
bukanlah seorang sosok yang kuat dan tangkas sebagai anak muda.
Perawakannya kecil dan cenderung lemah. Ada beberapa sumber yang
menyatakan bahwa ia pun harus operasi hernia sebelum ia memasuki dinas
militer. Prestasinya di akademi juga tidak terlalu istimewa. Ia bukanlah
seorang tentara yang 'martial' namun lebih sebagai seorang 'strateg'
handal. Rekomendasi yang ia dapat setelah lulus adalah 'Dia seorang
prajurit yang berguna - A Usefull Soldier'
Meskipun lulus sebagai kadet militer yang biasa-biasa saja, namun selama
Perang Dunia 1 Rommel menunjukan prestasi yang luar biasa. Ia pernah
bertugas di front timur sebagai seorang pemimpin regu artileri. Lalu ia
melanjutkan tugasnya di front Italia dalam Battle of Carporetto. Rommel
berhasil menangkap 1500 prajurit Italia dan 43 perwira dengan prajurit
kecil berjumlah 5 orang (3 orang penembak dan 2 orang perwira). Semenjak
itu, nama Rommel mulai melambung dan bahkan dijadikan legenda.
Diantara Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2, Rommel tetap berada di dinas
militer sebagai seorang instruktur di sekolah militer. Selama tugasnya
itu, ia menuliskan sebuah buku manual untuk pelatihan militer dan buku
itu terus digunakan oleh militer Jerman selama Perang Dunia ke 2 nanti.
Buku hariannya selama Perang Dunia 1 juga dipublikasikan di tahun 1937,
buku itu mendapat sambutan hangat di kalangan pembaca bahkan dari Sang
Fuhrer Adolf Hitler. Hitler tertarik dengan Rommel dan sesekali
menunjuknya untuk melakukan pelatihan tertentu untuk Pemuda Hitler
(Hitler Jungend), sebuah organisasi kepemudaan yang dibentuk oleh Partai
NAZI.
Edwin Rommel Ketika Melakukan Inspeksi Pasukan
Selama invasi ke Polandia, Rommel belum terlibat secara langsung dan
hanya berada di jajaran staf. Ia justru diberi tugas untuk menjadi
komandan dari Pasukan Pengawal Hitler, tugas pasukan itu di kemudian
hari digantikan oleh Pasukan SS. Rommel juga menjadi organisator pada
parade kemenangan Jerman atas Polandia pada akhir tahun 1939.
Pada Invasi Perancis tahun 1940, Rommel memimpin Divisi Panzer ke 7.
Divisi ini mendapatkan julukan istimewa sebagai Tentara Hantu, karena
kemampuannya untuk menyembunyikan posisi mereka sehingga tidak saja
musuh yang buta akan lokasi mereka, namun juga para petingginya di
Berlin. The Ghost Army melakukan penyerangan secara simultan terhadap
kota-kota benteng di sepanjang pantai utara Perancis seperti Rouen,
Cherbourg dan Deippe dengan kecepatan yang luar biasa. Hal tersebut
membuat pasukan sekutu kalang kabut dan membuka lebar jalan Pasukan
Jerman untuk menguasai Perancis.
Pada tahun 1941, Rommel ditunjuk untuk memimpin Deutsche Afrikan Korps
(Pasukan Jerman yang ditugaskan untuk berperang di Afrika Utara - Libya,
Tunisia dan Mesir). Pasukan itu ditugaskan untuk membantu Pasukan
Italia (yang berada di Libya) untuk melawan pasukan Sekutu (yang ada di
Mesir). Pasukan Italia (karena pelatihan dan moral yang buruk) terpaksa
harus terdesak ke arah barat secara terus menerus dari perbatasan Mesir
Libya. Rommel yang datang hanya dengan 2 divisi berhasil membalikan
keadaan. Ia bahkan berhasil menusuk pertahanan Sekutu dan menyeberangi
perbatasan Libya dan Mesir meskipun dengan sisa 14 tank saja.
Edwin Rommel di Afrika Utara
Kemenangan Rommel di Afrika Utara rupanya tidak berjalan mulus. Ia
terpaksa 'maju mundur' dalam front sempit di Afrika Utara semata-mata
karena masalah logistik. Kemampuan Italia untuk melindungi konvoi supply
logistik ke Afrika Utara dari daratan Italia ternyata sangat buruk.
Sementara itu kekuatan angkatan laut Inggris semakin meningkat membuat
laut di sekitar Afrika Utara dikuasai oleh Inggris. Pasukan Darat Sekutu
juga tak habis-habisnya mendapat pasokan tambahan dari terusan Suez
yang terlindung. Hal tersebut diperparah dengan didaratkannya Pasukan
Amerika di Aljazair Pada tahun 1943, membuat Pasukan Rommel terkurung di
Afrika Utara. Mereka akhirnya terpaksa menyerah kepada sekutu di
Tunisia.
Di Afrika utara ini mendapat julukan sebagai Rubah Gurun (The Dessert Fox). Julukan ini diberikan oleh sekutu karena kemampuan Rommel untuk memecah dan menyerang pasukan sekutu secara tidak terduga. Mirip seperti seekor rubah yang menyelinap diam-diam untuk menyerang mangsanya.
Kekalahan Rommel di Afrika Utara tidak lantas menjatuhkan nama Rommel.
Ia justru semakin dihormati, bukan saja oleh kawan namun juga oleh
musuhnya sendiri. Banyak sekali Jendral Sekutu yang menaruh rasa kagum
dan hormat yang sangat tinggi kepada Rommel. Mereka juga menjulukinya
sebagai Jendral Jerman yang paling Brilian. Karena kemampuannya untuk
mengorganisasi pasukan dan terus meraih kemenangan meskipun dalam
keadaan logistik yang memprihantinkan. Tentaranya juga tidak pernah
melakukan kejahatan perang, mereka memperlakukan tahanan sebaik mereka
memperlakukan pasukan mereka sendiri. Dalam beberapa kasus bahkan lebih
baik dari pasukan Jerman yang ditawan pasukan Sekutu.
Setelah Afrika Utara, Rommel dipindahkan ke daratan Italia dan sempat
membantu pertahanan Italia terhadap invasi sekutu sepanjang tahun 1943.
Setelah itu ia dipindahkan ke Perancis utara untuk mempersiapkan
pertahanan untuk menangkis kemungkinan penyerangan pasukan Sekutu yang
mulai bertumpuk di Inggris.
Rommel diindikasi terlibat dalam konspirasi Pembunuhan Terhadap Hitler
(Operasi Valkyrie - Oleh Kolonel Staufenberg) walaupun kesimpulan itu
berasal dari dasar yang lemah. Namun karena itulah ia terpaksa
mengakhiri hidupnya sendiri untuk menyelamatkan kehormatannya. Sebagai
balas jasa, Hitler menjamin keselamatan keluarganya selama ia masih
berkuasa. Rommel mendapat upacara kehormatan militer dalam pemakamannya
dan diumumkan ia tewas dalam tugas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar